Bapak Husein Mutahar lahir di Semarang, Jawa
Tengah pada tanggal 5 Agustus 1916. Perjalanan pendidikan formalnya dimulai
dari ELS (Europese Lagere School atau sama dengan SD Eropa selama 7 tahun) ,
kemudian dilanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Ondewwijs atau sama dengan
SMP selama 3 tahun) dan dilanjutkan ke AMS (Algemeen Midelbare School atau sama
dengan SMA selama 3 tahun) Jurusan Sastra Timur khususnya Bahasa Melayu, di
Yogyakarta.
Kemudian beliau melanjutkan ke Universitas Gajah Mada dengan
mengambil Jurusan Hukum dan Sastra Timur dengan khusus mempelajari Bahasa jawa
Kuno namun perkuliahan nya hanya 2 tahun karena selanjutnya drop out (DO)
karena harus ikut berjuang.
Riwayat
pekerjaan :
a. Guru Bahasa Belanda di SD Islam swasta di
Pekalongan,
b.Wartawan berita kota dari Surat Kabar
berbahasa Belanda “Het Noorden ” di Semarang tahun 1938,
c. Klerk di Cosultatie Bureau der Afdeling
Nijverheid voor Noord Midden Java, Departement Ekonomische Zaken, 1939-1942.
d. Sekretaris Keizai Bucho (Kepala Bagian
Ekonomi) Kantor Gubernur Jawa Tengah, 1943.
e. Pegawai Rikuyu Sokyoku (Jawatan Kereta Api
Jawa Tengah Utara) di Semarang, 1943-1948.
f. Sekretaris Panglima Angkatan Laut Republik
Indonesia, 1945-1946.
g. Ajudan III, kemudian Ajudan II Presiden
Republik Indonesia 1946-1948.
h. Pegawai Departemen Luar Negeri Republik
Indonesia, 1969 - 1979.
i. Diperbantukan pada Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan sebagai . Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka (Dirjen
Udaka) Departemen P&K, 1966-1968.
j. Diangkat menjadi Duta Besar Republik
Indonesia pada Tahta Suci di Vatikan, 1969-1973.
k. Direktur Protokol Departemen Luar Negeri
merangkap Protokol Negara, 1973-1974
l. InspekturJenderal Departemen Luar Negeri
dan selama 16 bulan, merangkap Direktur Protokol dan Konsuler Departemen Luar
Negeri, merangkap Kepala Protokol Negara, 1974.
m. Pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil,
golongan IVe.
Dalam kehidupan
ber-Organisasi pengalaman beliau adalah sbb :
1. Pemimpin
Pandu dan Pembina Pramuka, 1934-1969
2. Partai Politik, 1938 – 1942
3. Kepala Sekolah Musik di Semarang, sebagai
tempat penanaman, penyebaran,
dan pengobaran semangat kebangsaan Indonesia, dan
sebagai gerakan penyebaran
semangat melawan Jepang dan kamuflase gerakan
subversi melawan Jepang, 1942-1945
4. Anggota AMKRI (Angkatan Muda Kereta Api
Indonesia) di Semarang, 1945.
5. Anggota BPRI (Badan Pemberontak Rakyat
Indonesia) Jawa Tengah, 1945.
6. Anggota redaksi majalah Revolusi Pemuda,
1945-1946.
7. Gerilya, 1948-1949
8. Ikut mendirikan dan bergerak sebagai
pemimpin Pandu serta kemudian menjadi
anggota Kwartir Besar Organisasi
Persatuan dan Kesatuan Kepanduan Nasional
Indonesia Pandu Rakyat Indonesia,
28-12-1945 s.d. 20-5-1961
9. Ikut mendirikan dan bergerak sebagai
Pembina Pramuka, duduk sebagai anggota Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan
Andalan Nasional Urusan Latihan, 1961-1969
10. Sekretaris Jenderal Majelis Pembimbing
Nasional Gerakan Pramuka, 1973 -1978, dan anggota biasa, 1978-2004.
Sekilas cerita tentang terciptanya Lagu Hari
Merdeka yang sering diperdengarkan pada saat Aubade HUT Proklamasi Kemerdekaan
RI, menurut pengakuan beliau sendiri, diciptakan di dalam toilet Hotel Garuda
Yogyakarta. Ketika itu ia sekamar dengan Hugeng yang kemudian menjadi Kepala
Polri, dimana pada saat itu sedang bersama-sama mengawal Bung Karno. Hugeng
kebingungan mencarikan kertas dan pulpen karena Mutahar tergopoh-gopoh hendak
menuangkan gagasannya ke atas kertas. Selanjutnya, karya cipta lainnya dari H.
Mutahar yang cukup dikenal adalah lagu SYUKUR. Menurut beliau, lagu Syukur ini
diciptakan pada tahun 1944, adalah sebuah puji syukur yang dipersiapkannya
untuk menyambut Kemerdekaan RI yang ketika itu diduganya sudah hampir tercapai.
Bapak Husein Mutahar kemudian meninggal dunia
pada tanggal 9 Juni 2004 pada usia 87 tahun. Walaupun beliau berhak dimakamkan
di Makam Taman Pahlawan Kalibata karena memiliki Tanda Kehormatan Negara
Bintang Mahaputera atas jasanya menyelamatkan Bendera Pusaka Merah Putih dan
juga memiliki Bintang Gerilya atas jasanya ikut berperang gerilya pada tahun
1948 - 1949 tetapi Beliau tidak mau dan kemudian dimakamkan di Taman Pemakaman
Umum Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar