Rabu, 31 Juli 2013

Husein Mutahar (H. Mutahar)

Hari Merdeka

Bapak Husein Mutahar lahir di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 5 Agustus 1916. Perjalanan pendidikan formalnya dimulai dari ELS (Europese Lagere School atau sama dengan SD Eropa selama 7 tahun) , kemudian dilanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Ondewwijs atau sama dengan SMP selama 3 tahun) dan dilanjutkan ke AMS (Algemeen Midelbare School atau sama dengan SMA selama 3 tahun) Jurusan Sastra Timur khususnya Bahasa Melayu, di Yogyakarta.
Kemudian beliau melanjutkan ke Universitas Gajah Mada dengan mengambil Jurusan Hukum dan Sastra Timur dengan khusus mempelajari Bahasa jawa Kuno namun perkuliahan nya hanya 2 tahun karena selanjutnya drop out (DO) karena harus ikut berjuang.

Riwayat pekerjaan :

a. Guru Bahasa Belanda di SD Islam swasta di Pekalongan,
b.Wartawan berita kota dari Surat Kabar berbahasa Belanda “Het Noorden ” di Semarang tahun 1938,
c. Klerk di Cosultatie Bureau der Afdeling Nijverheid voor Noord Midden Java, Departement Ekonomische Zaken, 1939-1942.
d. Sekretaris Keizai Bucho (Kepala Bagian Ekonomi) Kantor Gubernur Jawa Tengah, 1943.
e. Pegawai Rikuyu Sokyoku (Jawatan Kereta Api Jawa Tengah Utara) di Semarang, 1943-1948.
f. Sekretaris Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia, 1945-1946.
g. Ajudan III, kemudian Ajudan II Presiden Republik Indonesia 1946-1948.
h. Pegawai Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 1969 - 1979.
i. Diperbantukan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai . Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka (Dirjen Udaka) Departemen P&K, 1966-1968.
j. Diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia pada Tahta Suci di Vatikan, 1969-1973.
k. Direktur Protokol Departemen Luar Negeri merangkap Protokol Negara, 1973-1974
l. InspekturJenderal Departemen Luar Negeri dan selama 16 bulan, merangkap Direktur Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, merangkap Kepala Protokol Negara, 1974.
m. Pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil, golongan IVe.

Dalam kehidupan ber-Organisasi pengalaman beliau adalah sbb :

1.  Pemimpin Pandu dan Pembina Pramuka, 1934-1969
2. Partai Politik, 1938 – 1942
3. Kepala Sekolah Musik di Semarang, sebagai tempat penanaman, penyebaran, 
  dan pengobaran semangat kebangsaan Indonesia, dan sebagai gerakan penyebaran 
   semangat melawan Jepang dan kamuflase gerakan subversi melawan Jepang, 1942-1945
4. Anggota AMKRI (Angkatan Muda Kereta Api Indonesia) di Semarang, 1945.
5. Anggota BPRI (Badan Pemberontak Rakyat Indonesia) Jawa Tengah, 1945.
6. Anggota redaksi majalah Revolusi Pemuda, 1945-1946.
7. Gerilya, 1948-1949
8. Ikut mendirikan dan bergerak sebagai pemimpin Pandu serta kemudian menjadi 
    anggota Kwartir Besar Organisasi Persatuan dan Kesatuan Kepanduan Nasional 
   Indonesia Pandu Rakyat Indonesia, 28-12-1945 s.d. 20-5-1961
9. Ikut mendirikan dan bergerak sebagai Pembina Pramuka, duduk sebagai anggota Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Andalan Nasional Urusan Latihan, 1961-1969
10. Sekretaris Jenderal Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka, 1973 -1978, dan anggota biasa, 1978-2004.

Sekilas cerita tentang terciptanya Lagu Hari Merdeka yang sering diperdengarkan pada saat Aubade HUT Proklamasi Kemerdekaan RI, menurut pengakuan beliau sendiri, diciptakan di dalam toilet Hotel Garuda Yogyakarta. Ketika itu ia sekamar dengan Hugeng yang kemudian menjadi Kepala Polri, dimana pada saat itu sedang bersama-sama mengawal Bung Karno. Hugeng kebingungan mencarikan kertas dan pulpen karena Mutahar tergopoh-gopoh hendak menuangkan gagasannya ke atas kertas. Selanjutnya, karya cipta lainnya dari H. Mutahar yang cukup dikenal adalah lagu SYUKUR. Menurut beliau, lagu Syukur ini diciptakan pada tahun 1944, adalah sebuah puji syukur yang dipersiapkannya untuk menyambut Kemerdekaan RI yang ketika itu diduganya sudah hampir tercapai.

Bapak Husein Mutahar kemudian meninggal dunia pada tanggal 9 Juni 2004 pada usia 87 tahun. Walaupun beliau berhak dimakamkan di Makam Taman Pahlawan Kalibata karena memiliki Tanda Kehormatan Negara Bintang Mahaputera atas jasanya menyelamatkan Bendera Pusaka Merah Putih dan juga memiliki Bintang Gerilya atas jasanya ikut berperang gerilya pada tahun 1948 - 1949 tetapi Beliau tidak mau dan kemudian dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut, Jakarta Selatan.


Tidak ada komentar :